4 Tipe Pengasuhan Bayi, yang Mana Gaya Anda?

 

21 (3)

Sumber : www.google.com

 

Kalau saja bayi bisa bicara, menanggapi, dan menilai parenting style Bunda, mungkin Anda dan bayi sudah pasti selalu berunding demi mendapat win-win solution. Terutama saat dihadapkan pada persoalan demi persoalan ‘seni mengurus’ anak. Sayangnya, sebelum bayi benar-benar lancar berbicara, Bunda hanya dapat menebak-nebak apa yang mungkin ia pikirkan. Empat gaya pengasuhan ini paling banyak ditemui:

 

a. Perfeksionis

 

Anda tentu aktif dan kritis mencari tahu cara mengasuh si kecil (bahkan sejak masih hamil), serta semaksimal mungkin megusahakannya, demi bisa memberikan yang terbaik. Dalam benak Bunda, setiap hari mengupayakan agar si kecil dapat bersih, bahagia, dan selalu berusaha menjadi ibu yang sempurna.

 

Yang mungkin ada di kepala bayi...

 

Ia sangat berterima kasih pada Anda, sebab selalu memberikan yang terbaik dan hampir tanpa kurang sedikitpun—zero mistake. Namun, ia juga mungkin bisa berkata, ‘Bunda sudah berusaha sebaik mungkin! Tenang saja Bun, semua akan baik-baik saja kok,’ ketika Anda sudah mengerahkan seluruh tenaga, tapi di tengah jalan mendapati kesalahan, lantas menyalahkan diri sendiri.

 

Sebaiknya...

 

Menurut Psikolog Mamta Saha Msc., Head of Learning and Development Perusahaan Lucozade Ribena Suntory di Inggris, mengupayakan yang terbaik untuk anak adalah baik dan sudah semestinya Bunda memeroleh apresiasi! Namun, Anda juga musti memberikan ruang dan mengizinkan diri sendiri untuk mencoba, gagal, mencoba lagi, dan belajar menerima kesalahan tersebut secara lapang, sehingga tidak berlarut-larut menyalahkan diri. Bicarakan ini dengan pasangan, bila menjadi sempurna sepanjang waktu, mulai menyulitkan diri sendiri dan membuat Anda tertekan.

 

b. Rutinitas

 

Jadwal aktivitas harian bisa dibilang sahabat andalan Bunda. Sebisa mungkin, Anda menaati jadwal yang sudah tersusun rapi, yakni jadwal makan, tidur siang, menjemur bayi, dan mengganti popok sesuai waktunya.

Yang mungkin ada di kepala bayi...

 

Si kecil sangat bersyukur memiliki Anda, sebab Bunda selalu memenuhi kebutuhan si kecil tepat pada waktunya. Namun, ia bisa jadi juga berkata, ‘Aku juga mau sesekali melakukan hal lain di luar rutinitas, lho Bun.’

 

Sebaiknya...

 

Memiliki dan menaati jadwal rutin adalah baik, dan ini membuat Bunda akan memprioritaskannya terlebih dulu, saat ada hal-hal lain yang mungkin saja mendistraksi—misal undangan untuk datang arisan di rumah teman siang hari, sementara Anda musti menemani si kecil tidur siang. Namun begitu, Joanne Mallon, penulis buku Toddler: An Instruction Manual, mengatakan terlalu ketat dan kaku mengikuti jadwal rutinitas berpotensi menyebabkan Bunda jadi tertekan dan stres ketika suatu kali tidak bisa memenuhi jadwal harian. Misal, akibat Anda dan bayi terjebak macet di jalan, alhasil ia yang kelelahan tertidur di mobil, padahal ini belum jadwal tidur siangnya—otomatis jadwal jadi berantakan. ”Oleh sebab itu, antisipasinya terkadang Anda memang mesti bisa fleksibel,” tambahnya.

 

c. Santai

 

Anda mengurusi si kecil dengan jadwal rutinnya, namun Bunda toh tidak masalah bila terkadang diselingi juga dengan hal-hal yang menurut Anda memang tidak dapat diprediksi. Misal bayi enggan tidur siang, maka Anda tidak akan memaksa memintanya untuk tidur atau memberinya makan saat ia terlihat lapar (lagi).

Yang mungkin ada di kepala bayi...

 

‘Yeay, aku senang, karena bisa bebas melakukan apa yang kuinginkan! Terlebih ada Bunda yang menemani ku!’ Begitu kira-kira yang ada di benak si kecil.

Sebaiknya...

 

Ya, Anda mungkin bebas drama dan ribet, sebab Bunda akan menyesuaikan serta memberikan yang bayi butuhkan saat itu. Namun, mengurusi anak secara liberal dan santai seperti ini bisa berdampak buruk juga. Si kecil rentan tidak mengenal batasan, kesulitan menyadari dan mengikuti bahwa ada sejumlah aturan yang berlaku saat ia beranjak besar nanti. “anak akan memiliki sikap yang buruk serta sering tantrum,” ujar psikoterapis Vivien Sabel, penulis The Blossom Method. Anda tidak perlu memenuhi jadwal harian secara ketat dan aturan, namun dapat mengenalkan beberapa kebiasaan baik yang ada setiap harinya, sehingga si kecil dapat merasa nyaman dan dapat ia jadikan ‘modal’ yang bisa konsisten ia lakukan kelak. Misal, membacakan cerita sebelum tidur serta pelukan hangat sebelum tidur.

 

d. Terlalu Cemas

 

Bunda mengharapkan si kecil dapat tumbuh dan berkembang baik, sehingga sebisa mungkin meminimalkan kemungkinan ia terluka, misalnya dengan mengamankan barang-barang berbahaya yang mudah dijamah anak. Namun, Anda masih juga khawatir, akan ada hal lain yang mungkin terjadi, sehingga Anda senantiasa selalu berada di dekat si kecil.

 

Yang mungkin ada di kepala bayi...

 

‘Aku bisa mengerti alasan Bunda khawatir, tapi tenang saja Bunda, karena aku akan baik-baik saja.’

 

Sebaiknya...

 

Sisi positifnya, Anda jadi orang nomor satu yang selalu tahu, bahkan dapat mencegah sebelum sesuatu yang buruk terjadi pada bayi. Kebanyakan ibu baru mengalami hal ini, karena ini merupakan kali pertama mereka menjadi ibu sehingga masih minim pengetahuan dan tidak ingin terjadi apa-apa pada bayi. Mamta Saha

 

menjelaskan, namun, bila berlanjut, dapat memunculkan sifat over-protective, ini mengakibatkan bayi tidak bisa lepas dari Anda, kurang percaya diri, atau jusru memunculkan sikap memberontak kelak. Mamta menyarankan untuk mengelola perasaan Anda, dengan mengenali dan memahami letak kekhawatirannya, dan terima bahwa ada kalanya hal-hal berada di luar kontrol. Memang diperlukan latihan dan kebiasaan untuk dapat membiarkan bayi memiliki kebebasan untuk mengeksplor dan belajar mandiri.

 

Sumber : www.ayahbunda.com