Tips Kenalkan Investasi Pada Anak

 

Shutterstock _175075040

Sumber: www.google.com

 

Bisnis.com, JAKARTA - Pelajaran investasi dan perencanaan keuangan memang sebaiknya dikenalkan kepada anak sejak usia dini, sehingga mereka terbiasa memetakan kebutuhannya saat tumbuh dewasa.

 

Rian Eriana Kaslan, EVP Head of Product, Service, Marketing Salah Satu Bank Swasta Ternama di Indonesia mengatakan sebenarnya semenjak usia lima tahun, atau sejak si anak bisa membaca dan menulis, itulah saat mereka sebaiknya diajak berdiskusi mengenai uang.

 

“Berikan fasilitas untuk menabung seperti celengan, kemudian ajarkan pada mereka mencatat pengeluaran juga pemasukannya serta pelatihan bagaimana membedakan antara keinginan dan kebutuhan,” sarannya seperti tercantum pada Bisnis Indonesia Weekend, edisi 26 Januari 2014.

Sembari itu, lanjutnya,  kenalkan pula kepada anak tujuan-tujuan finansial lainnya seperti beramal serta berinvestasi.  Ajak si kecil menyisihkan sebagian pendapatannya dan ajak mereka beramal memakai uang jajannya sendiri. Hal ini akan menumbuhkan sifat ingin berbagi di kemudian hari.

 

Untuk investasi, buat si kecil mengerti dulu tentang arti investasi dengan cara yang mudah yaitu menyimpan uang dalam instrument tertentu untuk mendapatkan keuntungan.

 

Salah satu cara yang menurut Rian bisa dipakai adalah menawarkan kepada anak jika dia menyimpan uangnya terus menerus dalam celengan maka kita akan menggandakannya.

 

Contohnya,  hari pertama kita memberinya Rp100 jika tidak dibelanjakan maka pada hari kedua akan kita gandakan menjadi Rp200 begitu seterusnya hingga hari ke tigapuluh kita memberinya Rp3.000.  Di akhir bulan saat tabungan dibuka maka si kecil akan mendapatkan uang senilai Rp. 46,500 untuk membeli tujuan finansialnya seperti mainan Hot Wheel.

 

Bandingkan jika si kecil di hari pertama telah membuka celengannya dan memakai uang untuk jajan kue maka dia akan lebih lama mendapatkan Hot Wheel.

 

“Inilah dasar pertama si kecil belajar mengenai compound interest atau bunga berbunga.  Buatlah permainan investasi sederhana ini lebih menyenangkan dengan mengajak kakak atau adik,” jelas Rian.

Saat anak beranjak memasuki usia remaja mereka akan lebih matang dalam memandang keuangan. Orangtua bisa mengajaknya mengenali aneka instrument investasi serta risikonya.  Bawa anak ke bank kemudian mintalah customer service menerangkan tentang deposito serta cara penghitungan bunga deposito.

 

Kenalkan juga dengan saham sejak dini meski bukan cara trading-nya tapi konsep dasar. Memiliki saham artinya si kecil merupakan bagian kecil pemilik sebuah perusahaan, mereka bisa mendapatkan keuntungan dari pembagian dividen.

 

Ketika memasuki usia remaja, misalnya SMP atau SMA anak-anak semakin banyak kebutuhannya.  Mereka bisa diajarkan untuk membaginya dalam berbagai jangka waktu mulai jangka pendek (1-3tahun), jangka menengah (3-5 tahun), jangka panjang (diatas 5 tahun). Kebutuhan jangka pendek yang bisa dikumpulkan misalnya biaya perpisahan sekolah, membeli laptop sendiri, sementara jangka panjang untuk uang DP kendaraannya yang pertama saat memiliki SIM.

 

Ajak anak mendeskripsikan keinginannya dengan prinsip SMART (Specific, Measurable, Acurate, Realistic and Timelines).  Setelah itu barulah mereka dikenalkan pada aneka instrument investasi yang paling mudah untuk digunakan.

 

“Jangka pendek kita bisa mengajaknya menggunakan deposito, sementara menengah dan panjang kenalkan mereka dengan reksa dana. Yang terpenting dalam hal ini adalah komitmen orang tua untuk selalu konsisten ketika mengajarkan tentang tujuan investasi,” jelas Rian.

 

Satu hal lagi yang menjadi perhatian ssat mengenalkan anak pada dunia uang, yakni sumber dana, mengingat mereka belumlah bekerja.

 

Terkait hal itu, Rian mengusulkan, selain dari uang saku kita bisa mengajari anak bekerja, yang tentu saja disesuaikan dengan umurnya. Bekerja dan menghasilkan uang meskipun sedikit merupakan pelajaran kehidupan yang harus dialami si kecil sebelum terjun kerealita.

 

Anak SD bisa kita beri uang tambahan jika dia membantu kita melakukan pekerjaan tambahan. Misalnya si kecil seharusnya hanya membersihkan tempat tidurnya namun ia juga membersihkan tempat tidur kita, berilah reward dengan tambahan uang saku.

 

Namun jika si kecil membersihkan tempat tidurnya sendiri yang memang kewajibannya kita tidak perlu memberinya tambahan uang.

 

“Jumlah uang yang disarankan jangan lebih besar dari uang saku yang didapatnya untuk memberi pengertian bahwa yang dilakukannya bukanlah pekerjaan utama.  Selain itu berilah reward pada pekerjaan tambahan bukan pada tugas utamanya,” papar Rian.

Jangan lupa, lanjutnya, sama seperti kita kala bekerja ada saatnya mendapatkan bonus ketika menunjukan performa yang baik. Begitu pula dengan anak-anak jika mereka berprestasi dalam akumulatif setahun, maka boleh ditambahkan bonus uang saku. Terapkan pula kenaikan uang saku tiap tahun berdasarkan hal tersebut.

 

Sumber : manajemen.bisnis.com